Pusat perdagangan Toko Furniture ini menjual berbagai macam peralatan rumah tangga seperti lemari, tempat tidur, lemari makan, kursi dan meja makan, kursi dan mejat amu, meja tulis, meja kantor, kursi teras, bupet panjang, kursi sekolah, kursi guru, lemari guru hingga bupet indosiar, yakni sejenis bupet yang bagian depannya berlengkung tiga yang berfungsi sebagai TV, VCD, dan pajangan peralatan rumah tangga seperti gelas dan piring. Apa harapan mereka untung pengembangan di masa mendatang? Sebagaimana usaha lainnya, mereka pun mengharapkan peran pemerintah dalam hal permodalan. Sedang dalam bubungannya dengan pariwisata, mereka berharap agar pemerintah membantu menata tempat ini agar menjadi tempat belanja yang aman dan nyaman. "Jika tempatnya aman dan nyaman, orang pasti tertarik untuk berbelanja di sini," tandas Murodi, seraya menegaskan bahwa penataan tidak berarti pemindahan tempat perdagangan ini. link terkait dengan Toko furniture
Produk-produk rumah tangga dari kayu ini dikerjakan di bengkel-bengkel di sekitar Klender, seperti Kampung Tipar, Bojong, Pondok Kelapa, Kandang Sapi, sampai Duren Sawit.
Menariknya, masing-masing kampung mempunyai spesialisasi. Satu kampung khusus membuat tempat tidur. Kampung lain khusus membuat lemari. Sedang kampung lainnya membuat meja kursi dan lainnya. "Mereka kemudian mengantar kemari dengan mobil atau gerobak," kata HM Sanusi.
Selain sebagai pusat perdagangan, tempat ini juga merupakan bengkel pembuatan mebel. Mereka pun membaut produk-produks endiri. Usaha Karya Furniture milik Murodi terlihat sangat sibuk. Bersama karaywannya, mereka membaut berabgai macam mebel seperti tempat tidur, lemari, meja kantor dan lain-lain. Murodi memperkerjakan 6 pekerja tetap, satu pengukir dan empat orang tenaga lepas.
Bila diliaht dari depan, tempat itu memang terlihat sepi-sepi saja. Tetapi di belakangnya, aktivitasnya terhitung tinggi. Mereka menggergaji kayu gelondongan, menghaluskan, membentuk, mengukir, dan melakukan finishing. "Kami hanya mengambil kayu gelondongan. Semuanya dikerjakan di sini, mulai dari pembelahan, pembuatan sampai penjualan," kata Achmad S. (47) seorang pedagang lainnya.
Baik Murodi, HM Sanusi dan Achmad S. sepakat bahwa mebel buatan orang-orang Betawi ini tergolong menengah ke bawah. Tetapi, mereka menegaskan bahwa kualitasnya tak jauh, walaupun dibuat dari kayu jati kelas dua. Peminat mebel yang umumnya dikerjakna oleh orang-orang Betwai ini diminati oleh pembeli dari Bandung, Purwakarta hingga Lampung. "Klender adalah tempat grosiran dan eceran mebel," kata HM Sanusi, yang mengelola usaha Rusadin Furniture. Lebih lanjut, Murodi menjelaskan, semula pembeli mebel Kelnder baru terbatas beberapa pusat perdagangan seperti Senen, Tanah Abang dan Tanjung Priok. Tapi sejak dekade 80-an, peminatnya makin meluas.
"Ketika harga kopi di Lampung tinggi, kami kecipratan rezekinya. Mereka langsung membrong mebel dari sini dan menjualnya kembali di sana. Setiap hari, rata-rata lima truk Fuso mengangkut mebel dari sini ke Lampung," ujar Murodi. Menyangkut harga, Murodi menjelaskan, harga mebel Klender sangat bervariasi, tergantung ukuran dan kualitasnya. Misalnya, tergantung ukuran dan kualitasnya. Misalnya, harga satu set kursi tamu berksiar atnara Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta. Harga tempat tidur tergantung nomornya, berkisar antara Rp 600 ribu hingga Rp 800 ribu. Lemari berkisar antara Rp 600 ribu (dua pintu) hingga Rp 900 ribu (empat pintu), yang dibuat berdasarkan pesanan atau permintaan. Di samping menjual produk buatan masyarakat setempat, mereka pun menjual produk-produk dari Jepara, dengan kayu jati kualitas satu dan harga yang sedikit lebih mahal. Mereka pun menjual produk-produk dari toko, yang diadakan berdasarkan pesanan pembeli.
Selasa, 21 Desember 2010
Berkunjung Ke Pusat Furniture Di Klender
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar